Mungkin inilah salah satu maksud KECURANGAN Masif, Sistematis dan Terencana YANG DISANGKAKAN kepada KPU sejak dari awal Pendaftara DPT hingga akhir Pilpres.
Berikut ini coba di simak pembeberan "Kecurangan" Sistem IT KPU oleh seorang HACKER yang tulisannya dikutip dari KASKUS :
Hacker Beberkan "Kecurangan" Sistem IT KPU Menangkan Capres Tertentu.
"Security Audit Sistem IT KPU Pilpres 2014"
Perkenalkan. Nama saya A. Tanpa nama belakang.
Saya lahir di Indonesia. Sebagai CEH, profesi saya konsultan keamanan jaringan komputer. Baru tahun ini saya mengikuti berita-berita dan ikut memilih di Pemilu Presiden Indonesia. Hari ini 23 Juli 2014. Saya membaca berbagai tulisan orang. Banyak yang
bertanya: Apakah Pemilu Presiden 2014 berlangsung dengan jujur dan adil?
Saya mungkin punya jawabannya. Mungkin. Tulisan saya mungkin menjawab
pertanyaan. Mungkin juga malah membuka banyak pertanyaan baru. Namun sebelumnya mohon maaf. Saya bukan penulis. Mohon maaf jika bahasa
saya kurang baik. Saya coba sampaikan dengan singkat dan efektif.
Tulisan ini saya tujukan untuk anda-anda yang penasaran.
Juga untuk calon presiden terpilih, pak Jokowi. Agar nanti sistem IT
Pemilu 2019 bisa lebih baik dari sekarang. Agar tidak ada lagi yang
teriak curang.
Juga untuk calon presiden tidak terpilih, pak Prabowo. Karena anda pasti
penasaran. Juga untuk presiden sekarang, pak SBY. Siapa tahu, bapak
juga penasaran.
Juga untuk para perancang dan admin sistem IT Pemilu 2014: Raden
Santoso, Nanang Indra, Utian Ayuba, Andy Nugroho, Yoga Dahirsa, Muhammad
Hafidz dkk.
Tentunya juga untuk pada anggota KPU: Husni Kamil Malik, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, Ida Budhiati, Sugit Pamungkas dkk.
Anggap saja ini sumbangan saya. Untuk bahan pelajaran bersama. Agar Indonesia lebih aman. Indonesia hebat. Indonesia bangkit.
7 April 2014
Di 7 April 2014. Saya mengamati ada fenomena menarik. Hacker dan kracker juga punya hak pilih. Punya hak berpolitik. Juga punya hak berkampanye mendukung nomor satu atau nomor dua. Begitu besar semangat para hacker dan kracker dalam Pemilu Presiden 2014
ini. Sebagian besar dukung nomor dua. Walau juga ada yang dukung nomor
satu.
Ini kesimpulan saya setelah melihat begitu banyak iklan capres di Google
dan YouTube. Iklan yang baik-baik saja. Juga iklan yang tidak baik-baik
saja. Padahal tidak boleh ada iklan capres di kedua situs ini. Google melarang
iklan politik di Indonesia. Dalam bentuk apapun. Namun...
Mereka pasti menyadari kemampuan Google dalam menyaring dan memblokir iklan terbatas. Celah ini yang diekploitasi. Ada juga yang begitu bersemangat, banyak situs orang diretas, diubah
jadi halaman untuk promosi atau menjelekkan yang tidak didukungnya. Mereka berusaha untuk mempengaruhi persepsi.
Persepsi mempengaruhi hasil.
Usaha mereka membuat saya bertanya. Selain menyebarkan informasi untuk mempengaruhi presepsi, apa lagi yang bisa mereka lakukan?
Dapatkan hacker dan kracker simpatisan capres meretas sistem IT KPU? Dan mempengaruhi hasil secara langsung?
Saya mencobanya..........
Celah Keamanan # 1:
Email Anggota KPU.
Saya menemukan dokumen ini semua alamat email komisioner KPU yang aktif
digunakan ada di dokumen ini. Enam dari tujuh menggunakan email
gratisan.
Saya jadi bertanya. Mengatur pemilu bukan pekerjaan main-main. Kenapa
gunakan email gratisan yang mudah diretas? Apa mungkin disengaja?
Ferry Kurnia sepertinya adalah yang paling muda dari tujuh anggota KPU.
Biasanya yang paling muda adalah yang paling terlibat untuk urusan IT.
Saya kirimkan satu email phishing ke Ferry. Tidak sampai dua jam, saya
sudah bisa akses dan membaca semua email yang pernah diterima dan
dikirimkan.
Apa yang saya temukan membuat saya bingung. Saya yakin para anggota KPU,
dan para perancang sistem IT KPU bukan orang sembarangan.
Namun mereka seperti membuat semuanya begitu mudah untuk seorang yang punya niat seperti saya untuk masuk ke sistem IT KPU.
Celah Keamanan # 2:
Berkirim Username dan Password di Email
Saya langsung dapat password ke SILOG. Sistem Logistik.
Dapat juga password untuk mengelola website KPU. Dapat juga password
untuk SIDALIH, sistem data pemilih. Dapat juga password untuk banyak
sistem lainnya.
Ini juga membuat saya bingung. Berbagai password dikirimkan begitu saja
oleh admin melalui email. Apakah ingin memudahkan hacker untuk masuk
sistem?
Catatan:
Banyak password di screenshot ini masih digunakan... Jadinya saya hidden ya... Maaf kalau jadi penasaran.
Celah Keamanan # 3:
Ada Google Docs Daftar Username dan Password
Betapa terkejutnya saya. Email ini benar-benar di luar logika dan cara
berpikir saya. Saya temukan satu email yang dikirimkan oleh admin sistem
IT KPU kepada semua anggota KPU. Isinya GOOGLE DOCS dengan daftar semua
password sistem IT KPU.
Saya jadi benar-benar curiga, para admin dan anggota KPU memang ingin
memudahkan hacker dan kracker untuk masuk ke sistem IT KPU.
Apalagi....... ?!
Celah Keamanan # 4:
Pola Password Mudah Ditebak
Sebagai contoh, ini password SSH ke website KPU yang pernah digunakan:
4dm1n80njol@w1w1k. Username: kpuadmin.
Password root shell/MySQL: m3rd3k41945!
Password root shell/MySQL: m3rd3k41945!
Banyak password sistem IT KPU menggunakan pola yang sama. Apakah agar
mudah diingat... Atau agar mudah diretas. Maaf jika saya berpikir yang
tidak-tidak, karena saya dilatih untuk mencermati pola.
Celah Keamanan # 5:
Semua Anggota KPU Bisa Edit Daftar Pemilih Sesuka Hati
Saya orang awam. Namun jadi pertanyaan besar untuk saya. Jika mau aman:
Kenapa semua anggota KPU bisa edit DPT sesuka hati? Kenapa akses yang
diberikan oleh admin tidak hanya read only?
Keputusan hak edit ini, tentu saja keputusan disengaja, tidak mungkin
kecelakaan, memberikan kewenangan sangat besar untuk setiap anggota KPU
untuk bermain dengan jumlah pemilih. Mengurangi atau menambahkan.
Bisa saja jika ada anggota KPU yang komunikasi dengan tim sukses calon
presiden tertentu, atau jika ada hacker atau kracker pendukung calon
presiden tertentu yang masuk ke sistem seperti saya... Bisa saja
menambahkan pemilih baru... atau mengurangi pemilih di daerah-daerah
tertentu.
Mereka yang belum bisa memilih, bisa diberikan hak untuk memilih. Mereka
yang diketahui akan memilih calon tertentu, bisa dicabut hak
memilihnya... Dengan mudah. Sangat mudah.
Apalagi untuk setiap entri... Tidak ada info atau log secara terbuka, siapa yang terakhir melakukan edit apalagi edit history.
Celah yang membahagiakan... Bagi siapapun yang punya niat tidak baik........!!!
Celah Keamanan # 6:
Semua Anggota KPU Bisa Edit Jumlah Pengiriman Kertas Suara Sesuka Hati
Saya orang awam. Namun jadi pertanyaan besar untuk saya. Jika mau aman:
Kenapa semua anggota KPU bisa edit logistik pemilu seperti kertas suara
sesuka hati? Kenapa akses yang diberikan oleh admin tidak hanya read
only?
Maaf kalau ini seperti mengulang........
Keputusan ini, tentu saja keputusan
disengaja, tidak mungkin kecelakaan, memberikan kewenangan sangat besar
untuk setiap anggota KPU untuk bermain dengan jumlah kertas suara.
Bisa saja jika ada anggota KPU yang komunikasi dengan tim sukses calon
presiden tertentu, atau jika ada hacker atau kracker pendukung calon
presiden tertentu yang masuk ke sistem seperti saya... Bisa saja
mengirimkan kertas suara lebih ke daerah-daerah tertentu. Sangat mudah.
Apalagi seperti di SIDALIH... Untuk setiap entri... Tidak ada info atau
log secara terbuka, siapa yang terakhir melakukan edit apalagi edit
history.
Apresiasi: Sistem Scan Formulir C1
Sistem scan formulir C1 yang dibuat oleh tim KPU menurut saya sangat
bagus. Antarmuka aplikasi didesain sederhana, tidak banyak isian. Ini
pastinya membantu meningkatkan penggunaan sistem.
Presentasi C1 di web pilpres2014.kpu.go.id juga bagus. Sederhana dan mudah digunakan oleh siapapun.
Pengelolaan C1 ini membuat persepsi kalau pemilu berlangsung dengan
jujur dan adil. Hampir tidak mungkin mempengaruhi hasil pemilu jika scan
C1 sudah terkumpul semua di server KPU.
Namun saya punya pertanyaan. Pertanyaan cukup besar. Admin membuat aplikasi real count, khusus untuk pada anggota KPU di alamat http://103.21.228.33/internal
Kenapa data ini tidak dibuka ke publik..............???
dan
Kenapa ALAMAT IP ini sekarang telah di Hapus oleh KPU..........???
Kenapa memaksa publik untuk melakukan gotong royong entri data dari
ratusan ribu formulir C1........???
Padahal real count nya sudah ada......?!
Sekedar pertanyaan selewat saja....... Mungkin KPU ada penilaian sendiri.......?!
KESIMPULAN
Kembali ke pertanyaan awal:
Apakah Pemilu Presiden 2014 berlangsung dengan jujur dan adil......???
Saya tidak tahu. Terlalu banyak daerah, terlalu banyak TPS, terlalu
banyak nama pemilih untuk dapat mengetahui permainan dengan SILOG atau
SIDALIH.
Namun dua hal yang pasti:
Pertama:
Siapapun yang bisa punya akses ke SILOG dan SIDALIH dan punya
niat untuk memenangkan calon nomor satu atau nomor dua, terutama sebelum
bulan Mei 2014, dan punya kemampuan koordinasi dengan tim sukses di
lapangan (TPS TPS, desa-desa mana saja yang perlu dilebihkan kertas
suara... Nama-nama apa saja yang perlu ditambahkan atau dikurangi dari
sistem) dapat sangat mempengaruhi hasil Pemilu Presiden 2014.
Kedua:
Sama sekali tidak sulit untuk mengakses semua sistem IT KPU.
Malah saya curiga... Seperti dibuat begitu mudah bagi hacker dan kracker
yang ingin masuk. Ada apa?
Semoga bukan kenapa-kenapa. Semoga celah-celah keamanan yang saya tulis disini... Adalah
"kesalahan yang tidak disengaja."
Karena siapa yang punya akses ke sistem IT KPU... Bisa mempengaruhi siapa yang terpilih jadi presiden.
Presiden yang punya kuasa akan negara 250 juta penduduk. Anggaran 2.000
triliun. 600.000 tentara. Perputaran uang hampir 10.000 triliun.
Karena kalau memang disengaja........
Sangat mudah... Bisa ada ratusan... Ribuan... Mungkin jutaan pemilih
"baru". Hasil kreasi dari mereka yang punya akses ke SIDALIH.
Bisa juga ada ratusan... Ribuan... Mungkin jutaan kertas suara yang
"kebetulan lebih". Hasil kreasi dari mereka yang punya akses ke SILOG.
Maaf jika tulisan ini jadi menimbulkan pertanyaan baru.
Demikian tulisan saya. Semoga ini bermanfaat.
*Catatan kaki: Saya seorang hacker. Bukan kracker. Saya melakukan audit ini karena penasaran. Bukan karena ada niat tidak baik.
Namun undang-undang Indonesia tidak membedakan. Untuk menghindari kemungkinan pidana... I wish to remain anonymous.
(sumber: http://audit-kpu.blogspot.com )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar